December 22, 2024

KITĀB SYAMAIL MUHAMMADIYAH, MUQADDIMAH

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ الْخَلْقَ وَالْأَخْلَاقَ وَالْأَرْزَاقَ وَالْأَفْعَالَ، وَلَهُ الشُّكْرُ عَلَى إِسْبَاغِ نِعَمِهِ الظَّاهِرَةِ وَالْبَاطِنَةِ بِالْإِفْضَالِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّهِ وَرَسُولِهِ الْمُخْتَصِّ بِحُسْنِ الشَّمَائِلِ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْمَوْصُوفِينَ بِالْفَوَاضِلِ وَالْفَضَائِلِ، وَعَلَى أَتْبَاعِهِ الْعُلَمَاءِ الْعَامِلِينَ بِمَا ثَبَتَ عَنْهُ بِالدَّلَائِلِ. أما بعد

Sahabat Bimbingan Islām yang semoga selalu dicintai oleh Allāh.

Segala puji kita panjatkan kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang telah mengutus Nabi-Nya dengan petunjuk yang jelas. Dan dengan agama yang benar supaya agama tersebut menghapus dan menyempurnakan syari’at agama yang telah lalu walaupun orang-orang musyrik tidak suka dengan hal itu.

Dan segala puji bagi Allāh yang telah mengutusnya sebagai rahmatan lil ālamīn , sebagai teladan bagi kaum mukminin, sebagaimana firman Allāh:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasūlullāh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allāh dan (kedatangan) hari kiamat lagi banyak berdzikir mengingat Allāh.”

(QS. Al Ahzāb: 21)

Berkata Ibnu Katsīr di dalam Tafsir beliau, bahwa ayat ini adalah pondasi dasar, dan dalīl yang kuat untuk menjadikan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam
sebagai teladan, uswah hasanah pada setiap ucapan, perbuataan dan akhlak.

Sahabat BiAs yang dimuliakan oleh Allāh.

Makna ayat ini adalah : “Tidakkah kalian mencontoh Nabi pada sikap-sikapnya?!”

Mencontoh Nabi tidaklah mudah, hal itu sulit, kecuali bagi orang-orang yang mengharapkan pahala dari Allāh dan pertemuan pada hari kiamat lagi seorang yang banyak berdzikir mengingat Allāh, sebagaimana yang Allāh sebutkan dalam ayat.

Ketika kita memahami hal ini, maka kita tidak mungkin bisa untuk merealisasikan firman Allāh untuk mengikuti beliau dalam tindak-tanduk dan sikap yang beliau contohkan kecuali dengan mengetahui sunnah-sunnahnya.

Karena sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pengertian sunnah adalah segala yang diriwayatkan dari Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, baik itu berupa perkataan, perbuatan, izin pelaksanaan, dan akhlak serta fisik beliau.

Sehingga mengetahui akan akhlak dan sifat-sifat beliau menjadi suatu hal sangat penting. Dan untuk merealisasikan hal ini, Imām Abū Īsā At Tirmidzī murid Imām Al Bukhāri yang meninggal pada tahun 279 H menulis sebuah kitāb yang berjudul Asy Syamail Al Muhammadiyah.

Asy Syamail memiliki arti “sifat dan akhlak”. Sehingga jika kita artikan secara bebas, kitab Asy Syamail Al Muhammadiyah, memiliki makna: Sifat dan Akhlak yang dimiliki Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Kitāb ini merupakan kitāb yang mendapatkan rekomendasi dari beberapa ulamā, diantara adalah Abdurrauf Al Manawiy dan Mula Ali Qari, sebagaimana tertulis dalam buku-buku syarah kitāb ini.

Kitāb ini terbagi menjadi 56 bab yang mengandung 415 hadīts. Pada awalnya beliau akan menyampaikan kepada kita hadīts-hadīts yang berkaitan dengan :

⑴ Ciri-ciri fisik Beliau (shallallāhu ‘alayhi wa sallam) tentang tinggi, warna kulit, rambut, wajah dan semisalnya,

⑵ Akan menyebutkan alat atau barang-barang yang Beliau miliki (seperti) pedang Beliau, bagaimana pakaian Beliau.

⑶ Akan menyebutkan akhlak dan adab yang Beliau miliki.

⑷ Akan menyebutkan bagaimana ibadah Beliau (shallallāhu ‘alayhi wa sallam)

⑸ Dan ditutup tentang hal-hal yang berkaitan dengan mimpi melihat Beliau (shallallāhu ‘alayhi wa sallam)

Ketika kita mempelajari kitāb ini, akan ada banyak manfaat yang bisa kita ambil, diantaranya:

⑴ Kekuatan Imān kepada Rasūl akan semakin kuat dan bertambah, karena tidak ada imān kecuali dengan pengengetahuan, dan setiap kali pengetahuan itu bertambah, imān pun semakin kuat.

Ketika imān dan pengetahuan tentang Beliau telah menguat, maka jalan untuk mengikuti Beliaupun semakin mudah, dengan izin Allāh .

⑵ Dengan mempelajari kitāb ini akan tumbuh rasa cinta kepada Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam. yang mana rasa cinta kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam merupakan suatu kewajiban yang Allāh wajibkan bagi kaum muslimin, dan sebagaimana kata pepatan tak kenal maka tak sayang.

⇒ Tidak mungkin seseorang mencintai orang yang tidak ia kenal.

Dalam hal ini Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam pernah bersabda :

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ، حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

“Kalian belum dikatakan beriman sampai aku menjadi orang yang lebih ia cintai dari pada orangtua, anak dan manusia semuanya.”

Dan seseorang di akhirat nanti akan bersama dengan orang yang ia cintai sebagaimana dalam suatu hadīts :

الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ

⑶ Dengan mempelajari kitāb ini kita bisa mengikuti petunjuk dan mencontoh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Dan hal itu merupakan hal yang Allāh wajibkan, bahkan itu adalah konsekuensi dari syahādat kita.

Ketika kita mengatakan :

أشهد أن محمدا عبده رسوله

Dimana Allāh berfirman :

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَـكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Katakanlah wahai Muhammad: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allāh, ikutilah aku, niscaya Allāh mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allāh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

(QS. Āli-Imrān: 31)

Pada Ayat ini, Allāh jadikan tolak ukur kecintaan kepada Allāh dengan mengikuti Nabi. Siapa yang mengikuti beliau, berarti ia benar-benar mencintai Allāh dan barang siapa yang tidak mengikuti Nabi, maka diragukan kecintaannya kepada Allāh.

⑷ Dengan mempelajari kitāb ini kita akan tahu ciri-ciri fisik Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Dan dengan mengetahui ciri-ciri fisik Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam seorang akan tahu, mana mimpi seseorang yang benar-benar bertemu Nabi, dan mana mimpi seseorang yang bertemu syaithān yang mengaku Nabi muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Karena Beliau (shallallāhu ‘alayhi wa sallam) pernah menyampaikan:

مَنْ رَآنِي فِي الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِي، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَتَمَثَّلُ بِي

“Siapa yang melihatku dalam mimpi (dengan ciri-ciri yang aku miliki) maka ia benar-benar telah bermimpi melihat ku, karena syaithān tidak bisa menyerupaiku.”

Itulah beberapa manfaat ketika kita mempelajari kitāb ini.

Kali ini kita akan masuk pada judul pertama yaitu :

[باب ما جاء] في [خَلْقِ] رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Yaitu bab yang menyebutkan tentang riwayat-riwayat mengenai ciri-ciri fisik Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam

Pada bab ini penulis akan membawakan sekitar lima belas hadīts yang berkaitan dengan sifat Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam secara fisik, dari tinggi badan, warna, sampai rambut beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Dan Allāh telah menganugrahkan kepada Beliau dengan bentuk fisik yang indah, dan sifat yang sempurna, bahkan Syaikh Islām mengatakan dalam kitāb Al Jawab Ash Shahīh : “Dan fisik Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam merupakan fisik yang sempurna, dan mengumpulkan berbagai keindahan.”

Demikian pertemuan pertama kita kali ini, dan pada pertemuan berikutnya in syā Allāh kita akan membahas tentang hadīts-hadīts yang menyebutkan sifat fisik Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *